I N
F L A S I
Inflasi
merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para
pemikir ekonomi. Pada asasnya inflasi merupakan gelaja ekonomi yang berupa
naiknya tingkat harga.
Definisi
inflasi :
Inflasi
adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada
barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Indikator Inflasi :
- Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45 kota, di pasar tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang/jasa di setiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas.
- Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.
Didasarkan kepada sumber penyebabnya, menurut
Soediyono R. : inflasi dapat digolong-golongkan sebagai berikut:
(a) Inflasi permintaan. Istilah untuk inflasi
semacam ini antara lain ialah demand-pull inflation. inflasi tarikan permintaan
dan demand inflation.
(b) inflasi penawaran. lstilah lain yang hanyak
dipakai untuk inflasi sernacam mi ialah cost-push inflation dan supply
inflation.
(c) Inflasi campuran, yaitu inflasi yang
mempunyai baik unsur demand pull maupun cost push. Inflasi semacam ini sering
disebut mixed inflation.
Inflasi Permintaan
Sebagai langkah pertama macam inflasi yang
merupakan pusat perhatian kita ialah inflasi permintaan, yang ini terkenal
dengan sebutan demand full inflation. Seperti tersirat dalam namanya, inflasi
permintaan timbul sebagai akibat dan meningkatnya permintaan agregatif. Ada beberapa Icon atau model analisis
ekonomi yang dapat dimasukkan ke dalam kategori inflasi permintaan. Beberapa di
antaranya yang uraian singkatnya disajikan di bawah mi ialah:
(a)
pendekatan teori kuantitas uang,
(b)
pendekatan celah inflasi,
(c)
pendekatan IS-LM, dan
(d)
pendekatan permintaan -penawaran agregatif
1.
Inflasi Permintaan dengan Pendekatan Teori Kuantitas Uang
Teori
kuantitas uang berpendapat bahwa naik-turunnya tingkat harga disebabkan oleh
naik-turunnya jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Sebagai akibat dan
meningkatnya jumlah saldo kas yang dimiliki oleh rumah-rumah tangga dikarenakan
oleh meningkatnya jumlah uang yang beredar, angka banding antara jumlah saldo
kas dengan besarnya pendapatan dirasakan menjadi terlalu tinggi. Untuk
mengurangi kelebihan saldo kas tersebut, menurut teori kuantitas uang, rumah
tangga akan langsung menggunakannya untuk memperbesar pengeluaran konsumsi
mereka. ini dengan sendirinya mengakibatkan meningkatnya permintaan agregatif.
Dengan mendasarkan kepada asumsi kesempatan kerja penuh atau full employment,
maka meningkatnya permintaan agregatif akan mengakibatkan naiknya tingkat
harga. Dengan kata lain, terjadilah inflasi.
Sebagai
akibat dan adanya inflasi nilai nyata saldo kas akan menurun. Proses inflasi
terus terjadi sampai tercapai keadaan di mana angka banding antara jumlah saldo
kas nyata dengan pendapatan nyata kembali ke ketinggian semula. Inflasi akan
terhenti di sini, kecuali kalau terjadi lagi penambahan jumlah uang yang
beredar.
2.
Inflasi Permintaan dengan Pendekatan Analisa Celah inflasi
Masalah
celah inflasi atau inflationary gap bahwa inflation gap terjadi apabila
besarnya investasi yang terjadi melebihi penabungan atau saving pada tingkat
pendapatan fuII-employmen, pernyataan tersebut tepat kalau diterapkan untuk
perekonomian tertutup. dalam keadaan di mana besarnya permintaan agregati,f
yaitu hasil penjumlahan (C + 1 + G + X — M), melebihi kapasitas produksi
nasional, yang biasa disebut juga full-employment income.
3. Inflasi Permintaan dengan Pendekatan IS-LM
Menerangkan
inflasi dengan menggunakan pendekatan IS-LM tersebut ialah bahwa masing-masing
dimaksudkan untuk menerangkan dua hal, yaitu:
(a)
penentuan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium,
(b)
penentuan tingkat harga dengan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium seperti
yang uraian atau perhitungannya disajikan oleh butir .
Oleh karena
semua variahel yang diperhatikan dalam analisis silang Keynes tersebut.
mengenai pengukurannya semuanya sama, yaitu masing-masing diukur dalam rupiah
per satuan waktu. Analisis IS-LM di lain pihak sebagian dan vaniabelnya; yaitu
variabel investasi dan variabel permintaan uang untuk spekulasi, ditentukan
oleh tingkat bunga, yang pengukurannya tidak dalam rupiah per satuan waktu,
melainkan dalam persentase persatuan waktu.
Menurut Boediono : Kedua macam
inflasi yaitu inflasi permintaan dan inflasi penawaran itu jarang sekali
dijumpai dalam praktek dengan bentuk yang murni. Pada umumnya, inflasi Yang
tenjadi di berbagai negara di dunja adalah kombinasi dan kedua macam inflasi
tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu sama lain. Atau
disebut inflasi campuran yang mempunyai baik unsur demand—pull maupun
cost—push. Inflasi semacam ini sering disebut mixed inflation.
Penggolongan Yang ketiga adalah berdasarkan asal
dari inflasi Di sini kita bedakan:
(1)
inflasi Yang berasal dan dalam negeri (domestic Inflation)
(2)
Inflasi Yang berasal dan luar negeri (imported inflalion)
Inflasi
yang berasal dan dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja
yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan Yang gagal dan sebagainya
Infiasi yang berasal dan luar negeri adalah inflasi Yang timbul karena kenaikan
harga-harga (yaitu, inflasi) di luar negeri atau di Negara negara tetangga
berdagang dengan negara kita. Akibat kenaikan harga barang barang yang
kita Inpor :
(1)
secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dan barangbarag
yang tercakup di dalamnya berasal dan impor.
(2)
secara tidak langsung menaikkan indeks harg melalui kenajkan ongkos produksj
(dan kemudian, harga jual) dan berbagal barang Yang menggufl bahan mentah atau
mesin-mesin yang harus di impor (cost inflation).
(3)
secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena ada
kemungkinan (tetapi ini tidak harus demikian) kenaikan harga barang-barang
impor kenaikan Pengeluaran Pemerintah dan swasta yang berusaha mengimbangi
kenaikan harga impor tersebut disebut demand inflation.
“Penularan’
inflasi dan luar negeri ke dalam negeri bisa pula lewat kenaikan harga
barang-barang ekspor dan saluran saluran hanya sedikit berbeda dengan penularan
lewat kenaikan harga barang-barangg impor :
(1)
Bila harga barang-barang ekspor ,seperti kopi, teh , naik, maka indeks biaya
hidup akan naik pula sebab banang-barang ini langsung masuk dalam daftar
barang-barang yang tercakup dalam indeks harga.
(2)
Bila harga barang- barang ekspor (seperti kayu, karet timah dan sebagainya)
naik, maka ongkos produksi dan barang-barang yang menggunakan barang-barang
tersebut dalam produksinya (perumahan, sepatu, kaleng dan Sebagainya) akan
naik, dan kemudian harga jualnya akan naik pula (cost-inflation).
(3)
Kenaikan harga barang-barang ekspor berarti kenaikan penghasilan eksportir (dan
juga para produsen barangbarang ekspor tersebut). Kenaikan penghasilan ini
kemudian akan dibelanjakan untuk membeli barang-banang (baik dan dalam maupun
luar negeri). Bila jumlah barang yang tersedia di pasar tidak beitambah, maka
harga-harga barang lain akan naik pu1a (demand inflation).
Penularan
inflasi dan luar negeri ke dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada
negara-negara yang perekonomiannya terbuka, yaitu yang sektor perdagangan luar
negerinya penting (seperti Indonesia, Korea, Taiwan, Singapura, Malaysia dan
sebagainya ). Namun berapa jauh penularan tersebut terjadi juga tergantung
kepada kebijaksanaan penierinlah yang diambil. Dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dan perpajakan tertentu pemerintah bisa
menetralisir kecenderungan inflasi yang berasal dan luar negeri.
Disagregasi Inflasi :
- Inflasi
Inti >Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental:
- Interaksi permintaan-penawaran
- Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang
- Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
2.
Inflasi non Inti >Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh selain faktor
fundamental. Dalam hal ini terdiri dari :
- Inflasi Volatile
Food.
Inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti panen, angguan alam, gangguan penyakit. - Inflasi Administered
Prices
Inflasi yang dipengaruhi shocks berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dll
Determinan
Inflasi
Inflasi
timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation),
dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi
inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan
oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara
partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered
price)1 , dan terjadi negative supply shocks2
akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Faktor
penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan
barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makro ekonomi,
kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau
permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas
perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif
atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga
di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar
keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional
(UMR).
TIMBULNYA
INFLASI
“inflasi”
semata-mata suatu gejala ekonomi, dimana kecenderungan harga-harga untuk naik
secara bersamaan. Sebab-sebab timbulnya inflasi khusus dari segi ekonomi; dan
penentuan sebab-sebab “ekonomis obyektif” ini mungkin bukanlah tugas yang
paling sukar. Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan
memasuki bidang ilmu sosiologi dan ilmu politik.
Masalah
inflasi dalam arti yang lebih luas bukan semata-mata masalah ekonomi, tetapi
masalah sosio-ekonomi-politis. Ilmu ekonomi membantu kita ntuk
mengidentifikasikan sebab-sebab obyektif dari inflasi, misalnya saja
karena pemerintah mencetak uang terlalu hanyak. Kalau kita mempertanyakan
mengapa pemerinlah harus mencetak uang, meskipun mereka tahu bahwa tindakan
tersebu mengakibatkan inflasi .seringkali jawabannya terletak di bidang sosial
politik.
Secara
garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi, masing-masing menyoroti
aspek-aspek tertentu, Ketiga teori ini adalah:
- Teori kuantitas
- Teori Keynes
- Teori Strukturalis
Teori Kuantitas adalah teori yang paling tua
mengenai inflasi, namun teori ini (yang akhir-akhir ini mengalami
penyempurnaan-penyempurnaan oleh kelompok ahli ekonomi Universitas Chicago)
masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern in terutama
di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menyoroti peranan dalam
proses inflasi yaitu :
(a)
jumlah uang yang beredar
(b)
psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations).
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:
- Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar (apakah berupa penambahan uang kartal atau penambahan uang giral tidak menjadi soal). Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, kejadian seperti, misalnva, kegagalan panen, hanya akan menaikkan harga-harga untuk semenlara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat “bahan bakar” bagi api inflasi. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebab musabab awal dan kenaikan harga tersebut.
- Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.
Terdapat 3 kemungkinan keadaan. Keadaan
yang pertama adalah bila masyarakat tidak (atau belum) mengharapkan
harga-harga untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Dalam hal mi, sebagian besar
dan penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima oleh masyarakat untuk
menamhah likuiditasnya (yaitu, memperbesar pos Kas dalam buku neraca para
anggota masyarakat). ini berarti bahwa sebagian besar dan kenaikan jumlah uang
tersebut tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. berarti bahwa tidak akan
ada kenaikan permintaan yang berarti akan barang-barang, jadi tidak ada
kenaikan harga barang-barang (atau harga-harga mungkin naik sedikit sekali).
Dalam keadaan seperti ini, kenaikan jumlah uang
yang beredar sebesar 10% diikuti oleh kenaikan harga-harga sebesar, misalnya 1
%. Keadaan ini biasanya dijumpai pada waktu inflasi masih baru mulai dan
masyarakat masih belum sadar bahwa inflasi sedang berlangsung.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar