Rabu, 18 April 2012

Korea Pop Internasional 2012

K-Pop Dipuja, K-Pop Dicela

Demam K-Pop tengah melanda kaum muda di negeri ini. Mereka rela melakukan apa saja demi melihat artis idolanya tampil.
Rencana artis Super Junior  (Suju) konser di Indonesia memakan korban. Belasan penggemarnya diberitakan pingsan saat berdesak-desakan untuk membeli tiket pertunjukan. Kaget? Tak perlu. Soalnya, sikap para penggemar yang rela melakukan apapun demi bisa menonton dari dekat aksi idolanya manggung bukan kali ini saja terjadi.
Seorang mahasiswi yang kuliah di Jakarta rela mengorbankan uang kuliahnya demi menonton bintang pujaannya penyanyi Justin Bieber tampil di Jakarta beberapa waktu lalu, meskipun harus merogok kocek sampai Rp 1,5 juta. Apakah tidak menyesal uang kuliahnya tidak terbayarkan? "Tidak, justru saya akan menyesal jika tidak menontonnya!", kata si mahasiswi tadi.
Itulah salah satu contoh bagaimana seseorang mengekspresikan ‘kegilaannya’ pada tokoh  idolanya. Tidak peduli dengan kebutuhan yang barangkali jauh lebih utama, bagi mereka bisa menonton sangat berharga meskipun hanya lewat kejauhan, berdesakan, dan segala kepenatan saat berada di tempat konser.
Dan fenomena histeria para penggemar artis asing belakangan ini kerap muncul di media massa. Maklum saja, belakangan ini Indonesia memang kerap menjadi ‘tuan rumah’ pertunjukan musisi atau penyanyi ‘luar’. Tren paling hangat yang dewasa ini mudah dijumpai adalah saat para artis KPop tampil di Indonesia.
Demam K-Pop
Seperti kita ketahui semakin berkembangnya dunia musik di dunia, membuat banyak orang memiliki beragam pilihan untuk memilih genre musik apa yang mereka sukai. Sekarang, orang tidak terpaku pada genre musik pop, rock, atau jazz saja. Sudah banyak aliran musik yang berkembang. Bahkan perkembangan musik yang pesat dengan dukungan teknologi semakin memungkinkan setiap orang di manapun berada untuk mengenal perkembangan musik di negara lain. Termasuk, penggemar musik Indonesia yang bisa dengan cepat mengetahui perkembangan musik di luar negeri.
Salah satu yang mendapat sambutan positif bahkan boleh dikata menjadi demam di khususnya di kalangan anak muda adalah music K Pop.  Korea Selatan, datang dengan mengusung musik yang mereka sebut dengan K-Pop. K-Pop sendiri disinyalir mulai melakukan migrasi mereka ke Jepang pada sekitar tahun 1992, di mana grup bernama Seo Taiji and Boys, berhasil mengenalkan berbagai jenis dan gaya dari luar negeri.
Sejak saat itu, musik dan tari menjadi bagian penting dalam K-Pop. Irama K-Pop semakin berkembang, ada yang bergerak pada jenis R&B, hip hop, dan electronica. Bahkan juga ada irama trot, yang merupakan irama asli Korea dengan campuran musik triple atau quintuple dengan tempo cepat yang lebih populer pada generasi yang lebih tua.
China, tidak luput dari 'invasi' negeri ginseng ini, ada boyband H.O.T yang bahkan sebelum kehadiran drama Korea/ K-Drama di awal tahun 2000-an sudah terkenal. Clone juga sempat membuat heboh di Taiwan dengan menjual 450.000 kopi album mereka.
Bagaimana dengan Jepang? salah satu Hallyu Stars (bintang hiburan asal Korea Selatan) yang mendapatkan sukses besar di sana adalah BoA. Penyanyi wanita di bawah naungan raksasa hiburan Korea, SM Entertainment yang berhasil membuat albumnya terjual jutaan kopi di Jepang dan memenangkan posisi pertama di Oricon chart.
Dikuasai Anak Muda
Indonesia pun tidak luput dari 'serangan' Korean Wave tersebut. Setelah K-Drama banyak ditayangkan di negeri ini, di mana salah satunya yang terkenal adalah Full House yang dibintangi oleh mega bintang Korea, Rain. K-Pop mulai menyebarkan demam mereka di penggemar musik tanah air.
Dalam waktu singkat, nama-nama boyband/girlband Korea tidak asing lagi. Seperti Super Junior, TVXQ, SHINee, SNSD, Wonder Girls, Big Bang, 2PM, sudah memiliki penggemar fanatik di Indonesia. Yang jumlahnya setiap tahun semakin berkembang dan semakin tidak malu-malu lagi menunjukkan sisi fanatik mereka.
Para penggemar K-Pop di Indonesia mulai tampak, dan lebih banyak dikuasai oleh anak muda, ini tidak terlepas dari cara perkembangan K-Pop yang begitu bisa memanfaatkan teknologi seperti internet. Selain itu, daya tarik terbesar dari K-Pop adalah lagu-lagu mereka yang bagus, penari yang tampan/cantik dan efek panggung yang luar biasa. Tempo musik mereka yang dengan cepat bisa membaur dengan musik Asia. Sehingga Indonesia tidak cukup sulit menerima irama K-Pop.
Kemajuan K-Pop ini seperti dikutip dari kapanlagi tidak terlepas dari pro kontra. Ada beberapa yang menuding pecinta musik K-Pop ini adalah anti musik Indonesia, ini dikarenakan mereka yang begitu fanatik mendukung idola mereka. Tingkat fanatik yang sangat solid, sehingga ketika ada satu saja pihak yang menuduh/mencoba meniru gaya idola mereka, dalam waktu singkat langsung dihujani gujatan yang terkadang sangat merugikan pihak yang menjadi korban.
Kita masih mengingat kasus boyband SMASH yang dituduh telah meniru gaya Super Junior, atau boyband NSGstaryang sempat bersitegang dengan ELF (fans Super Junior) karena tuduhan plagiat atas lagu Superman milik Super Junior. Atau yang terbaru adalah kasus band pendatang baru Joker, yang meniru MV milik band FT. Island yang berjudul Love Love Love.
Fenomena penggemar K-Pop yang sangat fanatik itu terkadang memicu tuduhan bahwa mereka adalah anti musik Indonesia. Ini karena, ada beberapa diantara mereka yang lebih 'mendewakan' musik Korea daripada mendukung musik Indonesia.
Apa yang menyebabkan mereka sangat menggilai musik dari negeri Korea tersebut, bahkan rela menghabiskan uang untuk membeli CD atau pernak-pernik idola. Contohnya seperti ketika boyband Super Juniorkonser Juni lalu, tiket sebesar Rp1 juta-an tidak masalah bagi mereka.
Jika dilihat secara usia, background pecinta K-Pop yang sebagian besar adalah anak muda berusia di bawah 25 tahun yang masih memiliki semangat luar biasa dalam mendukung dan cenderung menganggap diri mereka benar. Di sisi lain, mungkin ini adalah salah satu ungkapan rasa ketidak puasan mereka pada musik Indonesia, yang mungkin dianggap membosankan, sehingga ini mungkin bisa menjadi koreksi bagi pelaku musik Indonesia. Di mana mereka bisa mencari tahu apa yang bisa membuat K-Pop dengan mudah dan cepat mendapatkan perhatian di Indonesia.
Mencintai musik dari negeri lain bukanlah hal yang dilarang, namun kita harus membela kemajuan musik Indonesia. Perlu dukungan dan pembenahan bagi semua lini. Pecinta K-Pop, tidak perlu menuduh dengan membabi buta jika ada salah satu musisi Indonesia yang mengikuti gaya K-Pop, hanya perlu mengingatkan secara halus dan tetap mendukung. Musisi Indonesia juga begitu, tunjukkan kalau musik negeri ini masih lebih berkualitas dengan menampilkan karya yang bermutu dan patut dibanggakan. Majulah musik Indonesia! kpl
Lebih Nyaman Nonton di Singapura
SNSD baru saja selesai menggelar konser di Singapura 9 dan 10 Desember. Pada konser yang bertajuk '2011 Girls' Generation Tour' itu lebih dari 300 fans dari Indonesia terbang ke Singapura untuk bertemu langsung dengan idolanya. Tak hanya SNSD, hampir tiap konser KPop di Singapura pasti dipadati oleh fans dari Indonesia.
Selain memang belum ada kepastian artis tersebut mengunjungi Indonesia, menonton konser di Singapura ternyata ada kelebihannya. Ada beberapa perbedaan mendasar antara konser KPop yang dihelat di Indonesia dan Singapura. Apa saja?
1. Antrean rapi
Hampir di setiap konser di Indonesia, antrian menjadi masalah utama. Fans yang mengantre biasanya berdesakan karena tak sabar, bahkan kadang sampai ada yang pingsan seperti saat konser KIMCHI pertengahan tahun ini. Di Singapura, antrean berjalan sangat tertib. Aksi dorong-dorongan tak pernah terjadi. Padahal fans sama-sama berusia remaja dan mengantre sejak pagi.
2. Banner
Fans Indonesia biasanya membawa poster atau banner bertuliskan nama idolanya. Yang mencolok dari Singapura, fans banyak sekali yang membawa tablet PC sebagai banner. Mereka menyiapkan beberapa tulisan atau foto untuk diperlihatkan pada sang idola. Hal ini menguntungkan jika dalam satu konser banyak artis yang tampil. Tak perlu repot membawa banyak poster.
3. Festival kosong
Menonton konser di kelas festival perlu perjuangan tersendiri. Di Indonesia, kelas festival harus mengambil risiko terinjak atau berdesakkan seperti saat konser 2PM yang pertama di Jakarta. Di Singapura, penonton festival sangat nyaman. Bahkan di beberapa konser seperti Korean Music Wave 2011, meskipun tiket sold out, penonton bisa duduk-duduk di area festival.
4. Pemeriksaan tas
Sebelum masuk area konser, tas penonton biasanya diperiksa untuk memastikan tak ada barang-barang seperti kamera profesional, botol minum, atau senjata tajam dibawa masuk. Di Indonesia, pemeriksaan kadang tak serius, sekadar formalitas. Namun di Singapura, tas diperiksa sangat teliti. Isi tas diaduk-aduk dan dilihat menggunakan senter. Jika ditemukan benda terlarang, penonton diarahkan pada loker penitipan barang.
5. Keamanan ekstra ketat
Sebagian besar konser biasanya tak memperbolehkan penggunaan kamera digital atau perekam video. Di Indonesia, penonton biasanya bisa mencuri-curi foto karena keamanan yang tak terlalu ketat. Di Singapura, di setiap blok dijaga oleh satu penjaga. Penonton yang kedapatan memotret atau merekam video langsung ditarik dari tempat duduk, file fotonya dihapus, bahkan pihak keamanan berhak melarang penonton tersebut kembali ke arena konser.
6. Tempat duduk bagi media
Beberapa kali nonton konser di Indonesia, awak media biasanya ditempatkan di tempat "sisa". Di ujung atau paling belakang. Wajah artis pun tak terlihat bahkan di konser 2PM terakhir, media hanya mengandalkan big screen karena panggung tak terlihat sama sekali. Di Singapura, media ditempatkan di tempat yang nyaman, di tengah arena dan tak terlalu belakang. Wajah artis dan keseluruhan konser pun terlihat jelas sehingga laporan pun bisa lebih lengkap.
Meski banyak kelebihan nonton konser di Singapura dibandingkan Indonesia, ada satu kekurangan. Pihak promotor Singapura tak pernah menyediakan spot foto berupa banner atau minimal spanduk. Penonton pun tak bisa berfoto. Berbeda dengan Indonesia, dari poster, spanduk, banner kecil, sampai banner raksasa terpajang di mana-mana. Nonton konser pun jadi lebih berkesan karena bisa diabadikan. Jadi, lebih baik nonton konser di Indonesia atau Singapura? dtc
Lima Perilaku Anti-Fans KPop
Meski memiliki ribuan fans, seorang idola KPop juga memiliki anti-fans. Perilaku mereka kadang-kadang di luar batas sehingga membahayakan jiwa sang idola.
Berbagai macam hal bisa dilakukan anti-fans. Dari hanya meneriakkan kata-kata tidak sopan sampai berusaha meracuni sang idola. Inilah 5 artis yang mendapatkan perlakuan paling gila dari anti-fans KPop:
1. Hangeng ‘Super Junior’
Mantan anggota Super Junior itu pernah dikejutkan oleh orang yang melompat ke atas panggung dan meneriakinya agar kembali ke China. Ia juga pernah mendapat ‘hadiah’ berupa satu kantung kecil penuh darah dan pisau tajam yang menusuk foto Hangeng.
2. Taecyeon ’2PM’
Ini bukan perilaku dari anti-fans, tetapi dari fans yang sangat aneh. Taecyeon ’2PM’ pernah menerima surat yang bertuliskan ‘Kamu tak akan pernah bisa hidup tanpaku’. Gilanya, ia menulis surat tersebut dari darah menstruasinya. Ia bahkan menyertakan pembalut untuk membuktikan keaslian darahnya.
3. Yoon Eun Hye
Entah mengapa, si cantik mantan personel Baby V.O.X dan aktris Yoon Eun Hye memiliki banyak anti-fans. Ia pernah diserang menggunakan pistol air yang diisi kecap dan cuka. Eun Hye langsung dilarikan ke rumah sakit karena serangan tersebut tepat mengenai mata. Kabarnya, kornea Eun Hye sempat rusak saat itu.
4. Yunho ‘TVXQ’
Yunho ‘TVXQ’ juga pernah terancam nyawanya pada 2006 lalu gara-gara anti-fans. Ia meminum jus dalam botol yang ternyata sudah dicampur dengan lem super. Saat itu ia langsung muntah darah dan dilarikan ke rumah sakit. Heechul ‘Super Junior’ yang membela Yunho di media sosial malah mendapat ancaman yang sama sampai ia bungkam. Namun si pelaku pemberi ‘minuman’ itu akhirnya tertangkap.
5. Jay Park
Jay Park pernah mendapat ancaman saat masih menjadi leader 2PM pada 2009. Anti-fans itu menemukan posting lama di akun Myspace milik Jay yang berisi ‘Korea is gay. I hate Koreans’.
Kalimat yang ditulis pada 2005 itu menjadi senjata bagi anti-fans lain. Lebih dari 3 ribu orang menandatangani petisi ‘Jaebum Should Commit Suicide’ agar Jay bunuh diri. Akibatnya, Jay harus kembali ke Amerika dan akhirnya memutuskan keluar dari 2PM. ins

Sumber: Surabaya Post Online

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar